ALLAH

ALLAH

Selasa, 23 November 2010

Cerpen

Tekad Seorang Anak Kecil

Tampak sebuah rumah yang besar dengan halaman yang cukup luas. Di halaman rumah tersebut telah dipasang sebuah ring basket tua yang sudah tidak ada jaringnya dengan bertumpu pada tiang yang warnanya sudah tidak cerah lagi. Dirumah itu tinggal seorang anak kecil yang sudah tidak memiliki ayah lagi dengan ibunya yang sangat ia sayangi. Anak kecil itu berusia sekitar 10 tahun. Ia bernama Andra.
            “Andra, ayo bangun.hari ini kamu masuk sekolah kan!”, teriak ibu dengan nada yang lantang.
            Ibu heran, karena suara Andra tidak terdengar. Ibu membuka pintu kamar Andra dan melihat Andra masih tertidur pulas. Kemudian ibu membangunkan Andra pelan-pelan.
            “Andra sayang, ayo bangun. Sudah siang, kamu masuk sekolah kan?” bujuk ibu dengan nada lembut.
“Huuaam…… iya ibu, Andra bangun.”, sambil membuka selimut yang sejak tadi malam menempel pada diriku.
“Ayo cepat siap-siap, jangan sampai terlambat kesekolah ya.”
“Iya bu, Andra siap-siap dulu ya.”
Tepat pukul 06.30, Andra pamitan kepada ibu yang sangat ia sayangi.
“Ibu, Andra berangkat sekolah dulu ya.”
“Hati-hati di jalan ya.”
Andra berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda kesayangannya. Sepeda tersebut diberikan oleh ayahnya ketika ayahnya masih hidup. Ia sangat merawat sepeda kesayangannya itu.
*
Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar disekolah telah usai.
“Ibu, Andra pulang.”
“Loh, muka kamu kenapa cemberut begitu? Kamu ada masalah ya? Ceritakan ke ibu, kenapa muka kamu terlihat cemberut begitu?”
“Huf, Andra kesal bu. Andra diejek oleh teman-teman ketika Andra bermain bola basket dilapangan sekolah.”
“Kenapa kamu bisa diejek sayang? Setahu ibu, kamu pandai dalam bermain bola basket? Iya kan?”
“Tidak terlalu pandai kok bu. Mereka mengejak tinggi badan Andra. Mereka berkata bahwa Andra tidak pantas bermain bola basket. Huf,” kesalku.
“Kenapa kamu mesti cemberut sayang?”
Ibu memeluk Andra dengan hangat dan lembut.
“Kamu kan larinya cepat, lompatan kamu juga cukup tinggi, dan lemparan bola kamu sangat terarah. Jadi, kenapa kamu tidak pantas bermain bola basket? Iya kan?”
Ibu tersenyum kepada Andra dengan wajah yang membuat Andra tidak cemberut lagi.
“Sekarang kita makan siang ya, ibu sudah masakkan makanan kesukaan kamu loh. Pasti kamu semangat lagi sehabis makan siang.”
“Yang bener bu? Berarti ibu masak rendang dong?”
“Hmmm... iya ibu masak rendang. Makanya, sekarang ayo kita makan siang, supaya kamu semangat lagi.”
“Asyik, ayo bu kita makan siang.”
“Iya, tapi.....”
“Tapi apa bu?”
“Kamu ganti baju dan cuci tangan serta kaki dulu yah.”
“Beres ibuku sayang.”
Andra selalu merasa nyaman ketika ia berada disisi ibunya. Andra sangat menyayangi ibunya, begitu juga dengan ibunya. Ibunya juga sangat menyayangi Andra dan selalu setia membuat Andra untuk merasa nyaman disisinya.
*
Andra adalah seorang anak yang kurang percaya diri dengan tampang yang kusam, berkaca mata, dan berambut poni rata. Namun hanya ada satu orang yang selalu memujinya, yaitu ibunya. Andra mempunyai impian, yaitu ia ingin melakukan dunk.
Ketika usia Andra yang ke 17, penyakit yang diderita ibunya kambuh. Sehingga ibunya dirawat dirumah sakit.
            “Andra, kamu punya impian yang ingin sekali kamu gapai kan?”
            “Iya, memangnya kenapa bu?”
            “Ibu ingin, kamu tetap semangat dalam menggapai impianmu walaupun segala rintangan menghadangmu.”
            “Iya bu, Andra akan tetap semangat kok. Ibu juga semangat ya untuk cepat sembuh. Andra ingin bercanda dengan ibu lagi. ”
            Namun Allah berkehendak lain, penyakit yang diderita ibunya makin parah, sehingga ibunya meninggal dunia.
*
Pada saat itu, Andra hanya terdiam dipojok kamar tidurnya, menangis sendirian tanpa ada orang yang selalu menemani dan menghiburnya seperti dulu lagi, yaitu ibunya.
“Hikz...hikz...hikz... Ibu, Andra berjanji, Andra akan mewujudkan impian Andra. Semua itu akan Andra lakukan untuk ibu, supaya ibu senang dan bahagia di surga. Andra janji.”
Andra sangat bersemangat ketika ia ingin mewujudkan impiannya itu. Tetapi ada suatu masalah yang sudah tidak asing lagi baginya, yaitu tinggi badan Andra yang tidak cukup tinggi untuk melakukan dunk. Namun dihatinya selalu terbanyang wajah ibunya yang tersenyum kepadanya. Hal itu yang membuat Andra tetap semangat dan berlatih keras.
            Teman-temannya berfikir bahwa Andra hanyalah orang bodoh yang mencoba hal mustahil. Mereka juga berfikir bahwa Andra tidak mungkin dapat melakukan dunk, karena tinggi badan Andra yang terlihat tidak mungkin untuk melakukan dunk. Sehingga bukannya mereka mendukung Andra, tetapi mereka selalu mengejek dan menertawakan Andra ketika mereka melihat Andra berlatih.
*
Disekolah, Andra mengikuti ekstrakulikuler bola basket yang diadakan setiap hari selasa dan jum’at bersama dengan teman-tamannya yang selalu mengejek kekurangan Andra.
“Hai pendek, kamu tidak pantas bermain bola basket,” ucap salah satu temannya dengan suara yang lantang.
“Aku memang pendek tapi semangatku untuk bermain bola basket tidak rendah seperti apa yang kamu bayangkan.”
“Kamu mengejekku? Jangan sok kamu. Memang semangatmu dalam bermain bola basket besar, tapi tidak akan mungkin kamu dapat melampaui kehebatan kami dalam bermain bola basket.”
            “Huf…” kesal Andra.
            “Ku dengar, kamu bermimpi untuk bisa melakukan dunk ya?”
            “Iya, memangnya kenapa?”
            “Ha…ha…ha… Kamu mau melakukan dunk? Tidak mungkin kamu bisa. Tubuh kamu kan pendek, jadi mana mungkin kamu bisa melakukan itu.”
Sesaat, Andra terdiam mendengarkan semua perkataan yang dilontarkan oleh teman-temannya. Mulai saat itulah Andra mulai jengkel dengan sikap teman-temannya yang selalu mengejeknya dengan kekurangan yang dimiliki oleh Andra. Ia ingin membuktikan kepada teman-temannya bahwa kekurangan yang dimiliki Andra tidak akan menghalanginya untuk melakukan impiannya itu.
“Berhenti mengejekku. Aku akan membuktikan pada kalian semua, bahwa kekuranganku ini tidak akan membuatku untuk berhenti mengejar impianku dan aku pasti bisa melakukan dunk.”
 “Kami pegang perkataanmu ndra. Kalau kamu dapat mengalahkan kekurangan yang kamu miliki dan dapat melakukan dunk, kami tidak akan mengejekmu lagi.”          
Kemudian teman-teman Andra pergi meninggalkan Andra sendirian. Teman-temannya berfikir, kenapa Andra begitu bersemangat dan yakin akan dapat melakukan dunk.
*
            “Aku harus bisa melakukan dunk! Aku tidak ingin membuat Ibu kecewa disana dan aku ingin membuktikan kepada teman-teman kalau aku dapat melakukan dunk dengan mudah. Aku akan terus latihan dengan semangat walaupun ibu hanya bisa menyemangatiku dari sana.” ucap Andra dalam hati.
Setiap latihan, Andra selalu ditertawakan oleh teman-temannya. Andra menganggap tertawaan teman-temannya itu bukan sebuah ejekan untuknya, melainkan sebuah dukungan untuknya. Sehingga membuat Andra lebih semangat dalam latihan bola basket.
Setiap hari, ia berlatih dengan semangat. Ia melakukan lari sekitar 1 jam lamanya, kemudian melompat tali dan melakukan squat jump sekitar 1000 kali. Ia sangat berharap latihannya ini dapat mewujudkan impiannya itu.
*
            Suatu ketika, impiannya terwujud. Andra dapat menggapai ring basket yang tingginya 3 meter dengan mudah. Ia sangat bangga karena usaha keras yang ia lakukan selama ini setiap hari dengan penuh semangat dan kerja keras tidak sia-sia. Ia juga bangga karena dapat menepati janjinya kepada orang yang sangat ia sayangi walau orang yang sangat ia sayangi telah tiada, yaitu ibunya.
            “Ibu, Andra sudah berhasil. Andra dapat melakukan hal yang Andra impikan dengan mudah. Ini semua berkat semangat yang ibu berikan kepada Andra dari tempat ibu berada. Terima kasih ibu.”
            Hal tersebut membuat teman-temannya tidak berani untuk mengejek Andra kembali. Mereka sudah tidak mengucilkan Andra, bahkan mereka sangat bangga akan keberhasilan yang dicapai oleh Andra.
“Ndra, maafkan kami semua, kami selalu mengejekmu setiap kamu latihan. Ternyata kamu dapat lebih hebat dan unggul dalam bermain bola basket dibandingkan kami. Kini kami bangga padamu, karena kamu tidak putus semangat dalam menggapai impianmu itu. Maukah kamu memaafkan kesalahan kami semua?”
“Hmmm…Tidak….” Sahut Andra.
“Kenapa Ndra?”
“Maksudku, tidak segan-segan aku memaafkan kalian semua. Karena kalian semua sudah membuat aku untuk tetap semangat dalam setiap latihanku untuk menggapai impianku itu.”
“Terima kasih ya Ndra. Kami akan jadi teman terbaikmu.”
“Terima kasih juga ya, kalian sudah mau menjadai temanku. Sekarang bagaimana kalau kita bermain bola basket bersama?”
“Wah, ide bagus tuh.”
Kini Andra mempunyai banyak teman karena ia telah berhasil mewujudkan impiannya. Impian Andra tidak mudah untuk digapai, butuh motivasi yang tinggi dan latihan yang rutin untuk menggapainya.
            Setelah kuliah, Andra terpilih sebagai salah satu pemain tim nasional bola basket Indonesia. Walaupun tinggi badan Andra tidak terlalu tinggi, tetapi motivasi dan talentanya dalam bermain bola basket dapat menutupi kekuranganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar